Artikel Terbaru »

BAGIKAN KE :

when love asked by sincerity ( Chapter I )

06 Juli 2010

Karya  : Indah Siauw Lestari 
TTL     :  Jakarta, 24 April 1992


Chapter One

Bulan September, musim mulai berganti menjadi musim penghujan.
“Pagi yang mendung…” keluh Mita pagi itu sebelum ia berangkat ke kampusnya.
Mita kembali ke kamarnya, mengambil tas, beberapa buku, dan sketch booknya. Mita seorang mahasiswi jurusan Fashion Design di salah satu kampus terbaik di Jakarta dan ia adalah salah satu dari yang terbaik yang diterima di kampus itu melalui program beasiswa.
Mita hendak keluar dari kamarnya tapi ia mengurungkan niatnya karena ia terlupa sesuatu, mantel dan payungnya. Pasti akan turun hujan lebat jadi apa salahnya kalau sedia payung sebelum hujan? Batin Mita dalam hati.
Mita pun menutup pintu kamarnya dan turun kebawah. Papa, Mama, serta adiknya sudah memulai sarapan mereka dan Mita langsung duduk di samping adik perempuannya yang sekarang sedang sibuk untuk menghadapi ujian akhir yang bagi kebanyakan siswa adalah neraka.
“Kakak, kamu bisa anterin Cezy ke sekolah ga? Papa harus ke Bekasi pagi ini.” Tanya papanya pada Mita.
“Ga masalah. Aku juga lagi ga buru-buru kok, pa.” jawab Mita.
Cezy adik Mita yang sedari tadi was-was menghembuskan nafas lega karena akhirnya ada yang mengantarnya ke sekolah pagi ini. Pacarnya yang biasa menjemputnya setiap pagi sedang berada dirumah sakit karena terkena DBD, dan papa yang biasanya mengantar Cezy kalau pacarnya tak menjemput harus ke Bekasi pagi ini. Dan Mita biasanya selalu terburu-buru setiap pagi karena ia harus tidur hingga larut malam hanya untuk menggambar design baju, untungnya pagi ini sedang santai.
“Tumben-tumbenan nyantai ka?” tanya Cezy berbasa-basi.
“Bisa gila gue kalo ada tugas melulu. Ngerti juga kali dosen gue, engga kayak guru SMA lo yang ga mau tau!” jawab Mita. “Udah yuk, ntar lo telat lagi.” Ajak Mita.
Mita pun menutup sarapannya dengan meminum segelas caramel coffee dan mengambil Tupperware setnya yang sudah disiapkan oleh mamanya.
“Mita, itu mama buatin caramel coffee lebih ditermosnya ya.” Mama Mita mengingatkan.
“Oke, ma. Makasih ya ma, aku sama Cezy berangkat dulu.” Mita akhirnya pamit dan mencium tangan mamanya.
Mita menyalakan mesin Yaris hitamnya dan memanaskan mesinnya sebelum benar-benar melesat ke sekolah Cezy dan kampusnya. Setelah dikira cukup, Mita membaca basmalah dan dengan hati-hati mengemudikan mobilnya menuju sekolah adiknya.
*****

Begitu tiba di kampus, hujan mulai turun. Mita pun memarkir mobilnya dekat kantin karena kelasnya kebetulan berada di belakang kantin. Hari itu Mita memakai jeans acid wash dan kaos ketat lengan panjang berwarna putih yang menonjolkan lekuk tubuhnya yang selalu ia rawat sejak SMP. Karena sedang musim penghujan, Mita memutuskan memakai boot kulit berwarna cokelat tua dan mantel panjang selutut berwarna senada. Rambutnya yang ikal panjang ia biarkan terurai.
Mita mengambil tas dan buku-bukunya, lalu ia mengambil payung berwarna transparent oleh-oleh mamanya saat mamanya sedang dinas ke Jepang beberapa tahun silam. Mita pun keluar dari mobilnya dan berjalan santai menuju kantin.
Setiba dikantin, teman sekelasnya sudah menunggunya sambil menikmati coklat panas. Melihat temannya menikmati coklat panas, ia teringat termos berisi caramel coffee yang disiapkan mamanya tadi pagi. Mita pun menitipkan tas dan bukunya pada temannya dan berjalan kembali menuju mobilnya.
Tak disadari, sekelompok cewek-cewek yang terkenal suka mem-bully adik kelasnya memperhatikan Mita dengan tampang muak. Cewek-cewek itu biasa saja, tapi kekayaan mereka yang tidak biasa. Leader genk itu, ayahnya adalah pemilik beberapa apartemen, hotel, serta mall di Indonesia. Cewek itu bernama Crystal. Cukup tau saja ia bernama Crystal, tak perlau tau embel-embel nama yang menyertainya karena hanya akan membuat lidah keseleo.
“Girls, lo tau siapa cewek yang make sepatu boot itu?” tanya Crystal kepada teman-temannya.
“Hello, madame! Lo ga tau siapa dia?” sindir Camille dengan nada lebay.
“Haruskah gue tau?” Crystal bertanya balik.
“So, kenapa lo nanyain dia?” Camille tak mau kalah.
“Ah, elah… Lenje lo. Tinggal jawab siapa namanya aja bawel!” omel Crystal akhirnya.
“Yeh, nenek. Dia itu Mita, yang masuk ke kampus kita ini lewat program beasiswa. Masih junior banget, baru semester satu.” Jawab Camille mengalah akhirnya.
“Miskin dong?” tanya Crystal frontal.
“Kalo mau nanya kayak gitu, sama Donald Trump aja sana. Look at what she wears, apakah terlihat beli di Pasar Uler? Sepatunya apa kayak beli di tampur? Payungnya kayak boleh nemu di tong sampah? Mobilnya panther tahun jabot?” jawab Camille benar-benar lebay kali ini.
“Ga ada yang boleh lebih tajir dari gue!” teriak Crystal hingga seluruh kantin sepi sejenak.

To Be Continue

0 komentar:

Posting Komentar

Follow my posting

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

 
 
 

MAIN SPONSORS

Click here Click here

Chatbox


ShoutMix chat widget

Prakiraan Cuaca

Member

 
Copyright © ALL ABOUT FREE TUTORIAL Powered by: Blogger.com
Template By: Luuthfi Fadilah